Bandung, PT Pindad (Persero), produsen peralatan militer dan komersial, akan mengembangkan tank ringan mulai 2014 untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan TNI Angkatan Darat.
Direktur Utama Pindad Adik Avianto Soedarsono mengemukakan rencana tersebut merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan panser dan tank TNI AD yang saat ini 90% masih diisi oleh produk asing.
Menurut dia, tank ringan itu akan mengacu pada model dari mancanegara, seperti produk K-21 buatan Doosan DST Korea Selatan dan TUrki. Tank ringan memiliki bobot antara 15-25 ton dengan dua jenis penggerak berupa ban atau rantai. Ada pula tank ringan lainnya yang berbobot lebih dari 25 ton.
K 21 |
Adik mengatakan harga tank ringan berpenggerak ban sekitar Rp 40 miliar, sedangkan berpenggerak rantai mencapai Rp5O miliar.
"Kami sedang membahas rencana ini dengan pemerintah, TNI AD, danpihak lainnya. Mudah-mudahan rencana pengembangan ini bisa direalisasikan dalam waktu dekat," katanya kemarin.
Dia tidak memerinci kebutuhan tank ringan dari TNI AD karena baru memasuki proses persiapan dan studi.
Adik mengemukakan proses persiapan, termasuk studi dan pengembangan, akan memakan waktu cukup lama.
"Jika pemerintah sudah menyatakan berkomitmen, Pindad segera melakukan serangkaian kerja sama business to business dengan industri pertahanan di luar negeri."
Dia optimistis Pindad mampu mengerjakan proyek pengembangan tank ringan tersebut dengan dukungan penuh pemerintah dalam rangka optimalisasi industri persenjataan strategis, seperti panser dan tank.
Menurut Adik, kemampuan perusahaan telah teruji dalam pengadaan Panser Anoa 6x6 yang dipesan oleh Kementerian Pertahanan beberapa waktu lalu.
Dia menuturkan kekuatan TNI AD yang didasarkan pada kekuatan pokok minimum memang memadai dari sisi kuantitas. Akan tetapi, lanjutnya, kondisi alat pertahanan TNI AD itu sangat tidak memadai dari sisi kualitas. "Kondisinya sangat memprihatikan karena anggaran terbatas."
Adik mengatakan salah satu penyebab adalah minimnya sokong- . an anggaran bagi industri pertahanan. Pada kesempatan yang sama, Pindad segera mengerjakan Panser Anoa Tarantula yang teknologinya diserap dari Doosan DST. Panser ini akan dipersenjatai dengan kanon 90 mm buatan Belgia.
Black Fox 6x6 (Tarantula) |
Kontrak kerja sama pengadaan kendaraan tempur tersebut sudah dilakukan pada 2009 sebanyak 22 unit. Sebanyak 11 unit built-up , segera tiba dari Doosan DST, sementara 11 unit sisanya dikerjakan oleh Pindad.
"Kami juga mengirim 30 orang pekerja ke sana dalam rangka transfer teknologi. Itu akan dipakai untuk proses pembuatan panser di dalam negeri mulai 2012," katanya.
(Sumber : Bisnis Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar